Semiotika Charles Sander Pierce
Semiotika menurut C.S. Pierce berdasarkan pada logika. Logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan menurut Pierce, penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.
Semiotika Levi Strauss
Semiotika menurut Levi Strauss adalah strukturalis. Konsep Levi-Strauss dalam pendekatan kebudayaan strukturalis
dipengaruhi oleh konsep geologi, ilmu yang mempelajari tentang
pemandangan (landscape). Levi-Strauss berpandangan bahwa
kebudayaan mempunyai struktur seperti struktur landscape yang terdiri
dari bukit, sungai, lembah, vegetasi dan lain-lain. Seperti layaknya
seorang ahli geologi, Levi-Strauss melihat dirinya sendiri sebagai
seorang ilmuan yang membongkar pola-pola yang dalam dan kausatif yang
ada di bawah struktur yang terlihat dari luar. Perhatian utama
Levi-Strauss adalah penggunaan detail yang ada untuk merekonstruksi
bentuk dasar yang lebih besar dan lebih penting.
Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes menyatakan
bahwa semiologi adalah tujuan untuk mengambil berbagai sistem tanda
seperti substansi dan batasan, gambar-gambar, berbagai macam gesture,
berbagai suara music, serta berbagai obyek, yang menyatu dalam system of significance. Menurut Roland Barthes, semiotika memiliki beberapa konsep inti, yaitu signification, denotation dan connotation, dan metalanguage atau myth (Yan dan Ming, 2014).
Semiotika Umberto Uco
Umberto Uco mendefinisikan semiotika sebagai ilmu tentang segala sesuatu yang dapat disebut sebagai tanda (Chandler, 2).
Umberto Eco yang mengkaji semiotik struktural dan semiotik pragmatis,
menggambarkan semiotik sebagai kajian dalam dua bidang, yang pertama
semiotik komunikasi dan yang kedua signifikasi. Semiotik komunikasi yang
menjadi pusat perhatian adalah teori tentang sistem tanda (kode)
sebagai alat komunikasi, sedangkan dalam semiotik signifikasi yang
menjadi fokus adalah teori produksi dan pemaknaan tanda (Hoed, 2014:
36-37).
Semiotika Jacques Derrida
Derrida terkenal dengan model semiotika Dekonstruksi-nya. Dekonstruksi,
menurut Derrida, adalah sebagai alternatif untuk menolak segala
keterbatasan penafsiran ataupun bentuk kesimpulan yang baku.
Konsep Dekonstruksi –yang dimulai dengan konsep demistifikasi,
pembongkaran produk pikiran rasional yang percaya kepada kemurnian
realitas—pada dasarnya dimaksudkan menghilangkan struktur pemahaman
tanda-tanda (siginifier) melalui penyusunan konsep (signified). Dalam
teori Grammatology, Derrida menemukan konsepsi tak pernah membangun arti
tanda-tanda secara murni, karena semua tanda senantiasa sudah
mengandung artikulasi lain (Subangun, 1994 dalam Sobur, 2006: 100).
Komentar
Posting Komentar