Langsung ke konten utama

'Wacana' Forevahh!!

Hello, I'm back~~!

Sekarang, mumpung masih anget yah, saya mau sedikit mengulas pengalaman waktu nonton film terbaru dari Marvel Cinematic Universe (MCU) yang di Indonesia ditayangkan bulan Februari lalu. No, no, I'll not telling you spoilers-- saya bakal mengusahakan supaya nggak ada spoiler, hanya review singkat dan pengalaman waktu nontonnya saja, soalnya saya tahu kok nggak enaknya dispoilerin film yang belum kita tonton. Karena bikin hasrat menonton jadi hilang..gitu deh. :(
Aaanyway, pasti tahu dong judul film yang akan saya ulas ini. Film yang konon katanya mendobrak kebiasaan film-film Hollywood yang selalu memasang lakon utama berkulit putih--karena di film ini, tokoh utamanya--atau mungkin semua karakternya--berkulit hitam, seperti orang Afrika, sesuai dengan setting filmnya yang mengambil tempat di daerah Afrika sana.

Nah, film yang mana ya? Jeng jeng jeng...


It is Black Panther!

 Mungkin waktu awal-awal filmnya rilis, sudah banyak meme yang beredar tentang film ini, salah satunya kata-kata "Wacana forever!!" yang diplesetin dari perkataan Okoye, jenderal wanita tangguh tanpa rambut indah --iya dia botak tapi cantik, sungguh-- dalam Black Panther yang sebenarnya bilang "Wakanda forever!"

'Wacana forever', tabiat orang Indonesia, yang suka ngajak pergi lalu waktu mau berangkat mendadak nggak jadi :D.  Persis sama kayak waktu saya berencana mau nonton Black Panther bareng adik, setelah bela-belain nggak nonton premiere karena sudah keburu tiket habis dan nggak ada waktu juga.
Setelah merencanakan untuk nonton pas satu minggu pertama setelah premiere, ternyata nggak jadi karena hujan deres banget, cuaca Surabaya akhir-akhir ini memang buruk, dikit-dikit hujan, tapi nggak apa-apa lah ya hujan itu kan rahmat Tuhan. But then, minggu depannya hujan lagi dan nggak jadi nonton lagi. Jadilah nonton Black Panther hanya 'wacana forever!!'

Thank god, minggu depannya lumayan cerah (meskipun tetep agak kehujanan) jadi saya dan adik ngebut naik motor ke bioskop Transmart Rungkut, karena dekat, dan yang terpenting.. tiket weekend-nya murah kalau dibandingkan dengan bioskop lainnya, hehe. Waktu itu juga Alhamdulillah saya sudah bisa booking tiket online, jadi nggak perlu takut kehabisan tiket dan nggak usah susah-susah antri. Dan benar saja, disana antrian sudah mengular dan katanya sih tiket Black Panther sudah sold out. Saya sih tinggal cetak tiket saja, lalu lari (iya beneran lari) ke studio 3 karena sudah terlambat sekitar 5 menitan. Syukurlah masih sliweran iklan-iklan, filmnya belum dimulai.

And finally..the film was started.

Seperti janji saya, no spoiler here, penonton pun dibawa menjelajah ke Wakanda yang kecanggihan teknologinya sangat maju tapi masih dengan kearifan lokal--para penduduk Wakanda tetap dengan bangga mengenakan berbagai simbol khas Afrika dan semacam pakaian adatnya, meski memiliki teknologi yang sangat canggih. Ini poin yang sepertinya harus ditiru oleh kita dan generasi sekarang, yang kebanyakan sudah terlena dengan budaya luar dan melupakan budaya aslinya.
Konflik di Black Panther ini, sejujurnya, menurut saya tidak terlalu 'wah' kalau dibandingkan dengan film MCU lainnya, mungkin karena konfliknya hanya sebatas di area Wakanda saja dan seperti perang saudara, berbeda dengan Avengers : Civil War yang melibatkan seluruh Sokovia dan rakyat-rakyatnya, sampai pulaunya terbang.

But overall, para aktor dan aktrisnya membawakan peran dengan sangat apik, menonjolkan sifat dari karakter yang diperankan. T'Challa, raja Wakanda yang baru saja naik tahta karena ayahnya T'Chaka meninggal di Civil War. T'Challa diperankan dengan bagus sekali oleh Chadwick Boseman, dia bisa mengeluarkan aura kewibawaan seorang raja... O King T'Challa aku padamu --eh.

Singkatnya ini film yang worth sekali untuk ditonton, terutama bagi para penggemar film-film keluaran MCU. Tapi jangan lupa, film ini ratingnya D 18+ alias cuma yang berusia 18 tahun keatas yang boleh menonton film ini--meskipun kemarin waktu saya menonton, saya kaget karena banyak anak dibawah umur yang diajak orangtuanya menonton film superhero ini. Tidak semua film superhero layak ditonton anak-anak, ratingnya juga sudah sangat jelas terpampang di loket penjualan tiket. Jangan sampai orangtua yang sengaja mengajak anaknya yang masih kecil nonton film D 18+ malah memprotes pihak bioskop karena tayangannya tidak pantas untuk dilihat anak-anak.

Lha wong sudah diingatkan :)

At last but not least, thank you!

Ziha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semiotika Menurut Para Ahli

Semiotika Charles Sander Pierce Semiotika menurut C.S. Pierce berdasarkan pada logika. Logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan menurut Pierce, penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Semiotika Levi Strauss Semiotika menurut Levi Strauss adalah strukturalis. Konsep Levi-Strauss dalam pendekatan kebudayaan strukturalis dipengaruhi oleh konsep geologi, ilmu yang mempelajari tentang pemandangan ( landscape ). Levi-Strauss berpandangan bahwa kebudayaan mempunyai struktur seperti struktur landscape yang terdiri dari bukit, sungai, lembah, vegetasi dan lain-lain. Seperti layaknya seorang ahli geologi, Levi-Strauss melihat dirinya sendiri sebagai seorang ilmuan yang membongkar pola-pola yang dalam dan kausatif yang ada di bawah struktur yang terlihat dari luar. Perhatian utama Levi-Strauss adalah penggunaan detail yang a

The Ultimate Happiness is....

Kebahagiaan. Apa yang terbersit dibenakmu waktu mendengar kata 'happiness' alias kebahagiaan? Uang? Bisaa. Jalan-jalan keluar negeri? Bisa juga. Naik haji? Makan enak? Atau..yang nggak muluk-muluk deh. Bisa makan sehari 2 kali pakai nasi saja sudah bisa bikin 'bahagia'. Tiap orang, tergantung gaya hidup dan faktor-faktor lainnya mungkin ya, tentu punya standar kebahagiaan yang berbeda-beda. Misalnya, saya. Sebagai mahasiswi yang juga kerja sampingan dikit-dikit-- freelance istilah kerennya--kebahagiaan saya saat ini cuma satu! Mendapatkan koneksi internet super cepat tanpa lemot dan (kalau bisa) murah meriah. Aishh banyak maunya kamu --ditimpuk sendal FYI, Indonesia berada di peringkat ke-77 dalam daftar negara dengan koneksi internet tercepat di dunia--cuma peringkat 77 man --dengan kecepatan internet sekitar 7.2 MB/s. Kalau internet provider saya sih, merk *piiiip* paling mentok juga cuma 3.5 MB/s. Dan buat saya yang 100% mengandalkan inte